Aku ingin bahagia seperti mereka yang berbahagia.
Aku ingin hafal seperti hafalan mereka.
Aku ingin diakui sebagaimana mereka yang diakui.
Aku ingin tersenyum ketika mereka tertawa.
Aku hanya bisa menangis ketika mereka menangis.
Aku ingin sukses seperti suksesnya mereka.
Memang besar kemauanmu sayang.
Kau selalu saja mencegahku. Sudah sampai di bukit gunung sinai kepeleset jatuh ke lembah tergelap lagi.
Sayang, tenanglah sayang, apa aku harus jadi selimut untuk menghangatkanmu?
Apa aku harus terjun dari menara agar kau tak lagi mengatur hatiku?
Apa aku harus tertawa terbahak-bahak agar kau bisa puas?
PUAS !!!
Sebenarnya kamu mau apa? Hadirmu selalu menghantuiku.
Apa maksud dan tujuanmu selalu begitu?
Kamu memang enak, tak kasat mata, kamu bisa seenaknya datang dan pergi sesuka hatimu. Datang tak diundang pulang susah sekali.
aku tidak ingin apa-apa darimu selain ketenanganmu.
Kamu mau apapun yang penting kamu tenang.
Yah,, kamu adalah bagian penting dalam hidupku.
Yah bagaimanapun dirimu aku tetap sayang padamu. Seberapapun usahamu untuk menjerumuskanku ke lembah tangisan pilu, aku tetap menyayangimu. Karena ketika aku lahir, kamupun ikut menemaniku.
Kamu juga yang akan menjadi teman sejatiku kelak, disaat para Malaikat bertanya. Mengapa kamu melakukan ini, itu dsb.